Senin, 03 Juni 2013

Pendidikan Keaksaraan Fungsional



Pendidikan Keaksaraan diperuntukkan bagi warga masyarakat yang masih menyandang Buta Huruf, Drop Out SD kelas 1 sampai kelas 3 agar mereka mampu memperoleh keterampilan dasar untuk membaca, menulis, berhitung, berfikir, mengamati, mendengar, berbicara dan memperoleh keterampilan fungsional yang bermakna bagi kehidupan sehari-hari sehingga mampu meningkatkan kualitas kehidupannya secara sosial maupun ekonomi. Untuk melihat tingkat penguasaannya, maka diadakanlah lomba bagi warga belajar. Kegiatan Lomba ini merupakan hasil kesepakatan dari kawan-kawan pamong belajar yang menangani program keaksaraan dengan tutor dan warga belajar keaksaraan fungsional, sehingga disini sebagai pimpinan saya hanya mendukung saja, dengan harapan kinerja SKB akan semakin menjadi tolehan masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan.
Hal ini sesuai dengan Visi Lembaga kami yang berupaya menyiapkan masyarakat pada penguasaan pengetahuan, keterampilan fungsional serta mengembangkan sikap, kepribadian professional dan mandiri. Ujar Kasmuji Raharja, Kepala SKB Gudo, Kabupaten Jombang dalam penjelasannya disela-sela persiapan pembukaan acara.
Hari itu, senin (25/4) halaman SKB Gudo ramai sekali, dipenuhi oleh kedatangan warga belajar program keaksaraan fungsional dalam rangka mengikuti lomba membuat kue basah dan paduan suara dalam rangka memperingati hari Kartini. Acara ini patut diacungi jempol, betapa tidak, mereka adalah warga belajar program Keaksaraan Fungsional yang sudah tua-tua dan datang dari desa yang jauh, namun tetap bersemangat mengikuti acara di gedung aula SKB Gudo. Masing-masing kelompok berseragam batik hasil patungan tanpa rasa keterpaksaan yang didasari oleh nilai kebersamaan.
Peristiwa semacam ini bisa dikatakan sebagai sebuah keberhasilan SKB Gudo dalam membina kelompok belajar keaksaraan fungsional. Disini, SKB Gudo tidak hanya mengajar materi-materi keaksaraan fungsional saja, tetapi juga berhasil menanamkan sifat kegotong royongan, kebersamaan serta semangat berorganisasi. Kondisi yang demikian hendaknya bisa ditindak lanjuti dengan mendorong mereka untuk membuka usaha ekonomi produktif pasca program memanfaatkan keterampilan yang telah dipelajari.
Kasmuji Raharja dalam sambutannya mengatakan bahwa kegiatan lomba antar kelompok belajar keaksaraan fungsional binaan SKB ini sebagai upaya mempererat tali silaturahim antara karyawan SKB dengan tutor dan warga belajarnya sekaligus sebagai media promosi bahwa SKB dengan programnya bisa membawa manfaat bagi masyarakat. Hal ini sejalan dengan fungsi SKB Gudo, diantaranya, memberikan motivasi kepada masyarakat dalam upaya terciptanya masyarakat gemar belajar; pembuatan program unggulan atau percontohan pendidikan nonformal; dan pemberian pelayanan informasi pendidikan nonformal.
Mungkin akan lebih menarik jika dalam kesempatan ini SKB bisa memanfaatkannya dengan menggelar pameran sehingga bisa diketahui bahwa SKB Gudo telah berbuat banyak melaksanakan program pendidikan nonformal, seperti memamerkan Program Motor Pintar (Torpin) dengan segala buku-bukunya, Piala kejuaraan dari SSB yang dibina, program PAUD, produk KBU dan KPSM dengan disertai dokumentasinya.
Seandainya masing-masing SKB menyadari akan pentingnya kegiatan promosi program kelembagaan, tentunya keberadaan SKB beserta program PNF yang ditangani akan tampak mengemuka dan diminati sebagai jujugan masyarakat untuk menambah pengetahuan, wawasan dan keterampilannya dalam rangka menyiapkan warga belajarnya dunia usaha dan dunia industri. Mudah-mudahan tahun depan kami bisa mengagendakan kembali dengan peserta yang lebih banyak lagi Pungkas pria berkaca mata ini. [eBas]

Pendidikan Keaksaraan Fungsional



Pendidikan Keaksaraan diperuntukkan bagi warga masyarakat yang masih menyandang Buta Huruf, Drop Out SD kelas 1 sampai kelas 3 agar mereka mampu memperoleh keterampilan dasar untuk membaca, menulis, berhitung, berfikir, mengamati, mendengar, berbicara dan memperoleh keterampilan fungsional yang bermakna bagi kehidupan sehari-hari sehingga mampu meningkatkan kualitas kehidupannya secara sosial maupun ekonomi. Untuk melihat tingkat penguasaannya, maka diadakanlah lomba bagi warga belajar. Kegiatan Lomba ini merupakan hasil kesepakatan dari kawan-kawan pamong belajar yang menangani program keaksaraan dengan tutor dan warga belajar keaksaraan fungsional, sehingga disini sebagai pimpinan saya hanya mendukung saja, dengan harapan kinerja SKB akan semakin menjadi tolehan masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan.
Hal ini sesuai dengan Visi Lembaga kami yang berupaya menyiapkan masyarakat pada penguasaan pengetahuan, keterampilan fungsional serta mengembangkan sikap, kepribadian professional dan mandiri. Ujar Kasmuji Raharja, Kepala SKB Gudo, Kabupaten Jombang dalam penjelasannya disela-sela persiapan pembukaan acara.
Hari itu, senin (25/4) halaman SKB Gudo ramai sekali, dipenuhi oleh kedatangan warga belajar program keaksaraan fungsional dalam rangka mengikuti lomba membuat kue basah dan paduan suara dalam rangka memperingati hari Kartini. Acara ini patut diacungi jempol, betapa tidak, mereka adalah warga belajar program Keaksaraan Fungsional yang sudah tua-tua dan datang dari desa yang jauh, namun tetap bersemangat mengikuti acara di gedung aula SKB Gudo. Masing-masing kelompok berseragam batik hasil patungan tanpa rasa keterpaksaan yang didasari oleh nilai kebersamaan.
Peristiwa semacam ini bisa dikatakan sebagai sebuah keberhasilan SKB Gudo dalam membina kelompok belajar keaksaraan fungsional. Disini, SKB Gudo tidak hanya mengajar materi-materi keaksaraan fungsional saja, tetapi juga berhasil menanamkan sifat kegotong royongan, kebersamaan serta semangat berorganisasi. Kondisi yang demikian hendaknya bisa ditindak lanjuti dengan mendorong mereka untuk membuka usaha ekonomi produktif pasca program memanfaatkan keterampilan yang telah dipelajari.
Kasmuji Raharja dalam sambutannya mengatakan bahwa kegiatan lomba antar kelompok belajar keaksaraan fungsional binaan SKB ini sebagai upaya mempererat tali silaturahim antara karyawan SKB dengan tutor dan warga belajarnya sekaligus sebagai media promosi bahwa SKB dengan programnya bisa membawa manfaat bagi masyarakat. Hal ini sejalan dengan fungsi SKB Gudo, diantaranya, memberikan motivasi kepada masyarakat dalam upaya terciptanya masyarakat gemar belajar; pembuatan program unggulan atau percontohan pendidikan nonformal; dan pemberian pelayanan informasi pendidikan nonformal.
Mungkin akan lebih menarik jika dalam kesempatan ini SKB bisa memanfaatkannya dengan menggelar pameran sehingga bisa diketahui bahwa SKB Gudo telah berbuat banyak melaksanakan program pendidikan nonformal, seperti memamerkan Program Motor Pintar (Torpin) dengan segala buku-bukunya, Piala kejuaraan dari SSB yang dibina, program PAUD, produk KBU dan KPSM dengan disertai dokumentasinya.
Seandainya masing-masing SKB menyadari akan pentingnya kegiatan promosi program kelembagaan, tentunya keberadaan SKB beserta program PNF yang ditangani akan tampak mengemuka dan diminati sebagai jujugan masyarakat untuk menambah pengetahuan, wawasan dan keterampilannya dalam rangka menyiapkan warga belajarnya dunia usaha dan dunia industri. Mudah-mudahan tahun depan kami bisa mengagendakan kembali dengan peserta yang lebih banyak lagi Pungkas pria berkaca mata ini. [eBas]

Pendidikan Keaksaraan



Pendidikan Keaksaraan diperuntukkan bagi warga masyarakat yang masih menyandang Buta Huruf, Drop Out SD kelas 1 sampai kelas 3 agar mereka mampu memperoleh keterampilan dasar untuk membaca, menulis, berhitung, berfikir, mengamati, mendengar, berbicara dan memperoleh keterampilan fungsional yang bermakna bagi kehidupan sehari-hari sehingga mampu meningkatkan kualitas kehidupannya secara sosial maupun ekonomi. Untuk melihat tingkat penguasaannya, maka diadakanlah lomba bagi warga belajar. Kegiatan Lomba ini merupakan hasil kesepakatan dari kawan-kawan pamong belajar yang menangani program keaksaraan dengan tutor dan warga belajar keaksaraan fungsional, sehingga disini sebagai pimpinan saya hanya mendukung saja, dengan harapan kinerja SKB akan semakin menjadi tolehan masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan.
Hal ini sesuai dengan Visi Lembaga kami yang berupaya menyiapkan masyarakat pada penguasaan pengetahuan, keterampilan fungsional serta mengembangkan sikap, kepribadian professional dan mandiri. Ujar Kasmuji Raharja, Kepala SKB Gudo, Kabupaten Jombang dalam penjelasannya disela-sela persiapan pembukaan acara.
Hari itu, senin (25/4) halaman SKB Gudo ramai sekali, dipenuhi oleh kedatangan warga belajar program keaksaraan fungsional dalam rangka mengikuti lomba membuat kue basah dan paduan suara dalam rangka memperingati hari Kartini. Acara ini patut diacungi jempol, betapa tidak, mereka adalah warga belajar program Keaksaraan Fungsional yang sudah tua-tua dan datang dari desa yang jauh, namun tetap bersemangat mengikuti acara di gedung aula SKB Gudo. Masing-masing kelompok berseragam batik hasil patungan tanpa rasa keterpaksaan yang didasari oleh nilai kebersamaan.
Peristiwa semacam ini bisa dikatakan sebagai sebuah keberhasilan SKB Gudo dalam membina kelompok belajar keaksaraan fungsional. Disini, SKB Gudo tidak hanya mengajar materi-materi keaksaraan fungsional saja, tetapi juga berhasil menanamkan sifat kegotong royongan, kebersamaan serta semangat berorganisasi. Kondisi yang demikian hendaknya bisa ditindak lanjuti dengan mendorong mereka untuk membuka usaha ekonomi produktif pasca program memanfaatkan keterampilan yang telah dipelajari.
Kasmuji Raharja dalam sambutannya mengatakan bahwa kegiatan lomba antar kelompok belajar keaksaraan fungsional binaan SKB ini sebagai upaya mempererat tali silaturahim antara karyawan SKB dengan tutor dan warga belajarnya sekaligus sebagai media promosi bahwa SKB dengan programnya bisa membawa manfaat bagi masyarakat. Hal ini sejalan dengan fungsi SKB Gudo, diantaranya, memberikan motivasi kepada masyarakat dalam upaya terciptanya masyarakat gemar belajar; pembuatan program unggulan atau percontohan pendidikan nonformal; dan pemberian pelayanan informasi pendidikan nonformal.
Mungkin akan lebih menarik jika dalam kesempatan ini SKB bisa memanfaatkannya dengan menggelar pameran sehingga bisa diketahui bahwa SKB Gudo telah berbuat banyak melaksanakan program pendidikan nonformal, seperti memamerkan Program Motor Pintar (Torpin) dengan segala buku-bukunya, Piala kejuaraan dari SSB yang dibina, program PAUD, produk KBU dan KPSM dengan disertai dokumentasinya.
Seandainya masing-masing SKB menyadari akan pentingnya kegiatan promosi program kelembagaan, tentunya keberadaan SKB beserta program PNF yang ditangani akan tampak mengemuka dan diminati sebagai jujugan masyarakat untuk menambah pengetahuan, wawasan dan keterampilannya dalam rangka menyiapkan warga belajarnya dunia usaha dan dunia industri. Mudah-mudahan tahun depan kami bisa mengagendakan kembali dengan peserta yang lebih banyak lagi Pungkas pria berkaca mata ini. [eBas]

ORGANISI AKTIVITAS-AKTIVITAS PSIKOLOGIS




SIFAT MOTIVASI
Bila kita menamakan seseorang sebagai “sangat terorganisir” kita memberikan ulasan tentang kenyataan, bahwa sebagian besar dari hal-hal yang dilakukan orang sesungguhnya ikut menyumbang kearah suatu tujuan atau tujuan-tujuan utama.
Motivasi sebagai orientasi tujuan
Sifat tingkah laku bermotivasi akan lebih memudahkan menggunakan istilah “tingkah laku bermotivasi” bila secara kolektif yang dimaksud segala macam bentuk tingkah laku seseorang dalam usanya untuk mencapai suatu tujuan. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa tingkah laku bermotivasi mencakup segala sesuatu yang dilihat, diperbuat, dirasakan dan dipikirkan dengan cara yang sedikit banyak berintegrasi dalam mengejar suatu tujuan tertentu.
Akan digunakan istilah “motif” berkenaan dengan keadaan organisme dimana energi jasmani diarahkan secara selektif terhadap keadaan-keadaan berada dilingkungan luar, yang dinamakan tujuan-tujuan. Suatu organisme hanya dikatakan bermotivasi bila tidak hanya ditandai oleh keadaan mobilisasi energi tetapi juga oleh pengarah tingkah laku kepada salah satu tujuan yang terpilih diatas semua tujuan-tujuan lain yang mungkin. Dengan demikian, maka “motif” merupakan suatu pengertian yang menghubungkan suatu keadaan mobilisasi energi dengan suatu tujuan.

MEMPEROLEH MOTIF-MOTIF
Salah satu perbedaan utama antara tingkah laku bayi yang baru lahir dengan tingksh lsku orang dewasa adalah bahwa tingkah laku lambat laun menunjukkan organisasi dari taraf yang semakin tinggi.
Dorongan-dorongan dan Proses Belajar
Dorongan-dorongan sebagai sumber-sumber energi. “Keadaan-keadaan energi” harus diidentifikasikan sehinggan dapat dimengerti bagaimana motif itu menjadi berkait dengan tujuan-tujuan. Akan digunakan istilah “dorongan” berkenaan dengan keadaan jasmani yang membangkitkan kecenderungan untuk aktivitas umum. Keadaan ini sering dialami sebagai perasaan ketegangan atau kegelisahan.
 “Teori belajar peradaan ketegangan” menyatakan bahwa orang-orang justru belajar aktivitas-aktivitas yang segera diikuti oleh meredanya ketegangan. Karena sifat instrumental dari perbuatan-perbuatan yang meredakan dorongan tersebut, maka hal belajar semacam ini terkenal sebagai “belajar instrumental” atau “conditioning intrumental”. Pendek kata, suatu dorongan adalah suatu desakan dari dalam yang tidak dipelajari, suatu desakan yang tidak mempunyai arah khusus.dasar suatu motif adalah dorongan ini, sehingga desakan mrupakan desakan khusus kearah salah satu aktivitas yang telah memuaskan dorongan di masa lalu.

BELAJAR TANPA PEREDARAN DORONGAN. Prinsip peredaan dorongan terkadang tidak begitu berarti dalam situasi belajar. Kita cenderung untuk belajar respons-respons yang menghasilkan taraf jumlah stimulasi yang layak atau yang optimal. Tetapi bila seseorang telah memuaskan semua dorongan, taraf stimulasi seluruhnya berada dibawah taraf optimal dan mencoba meningkatkannya dengan secara aktif mencari hubungan-hubungan dengan lingkungan. Dalam keadaan ini, seseorang belajar hal-hal yang disertai oleh pengurangan dari keseluruhan taraf stimulasi dan tidak disertai oleh pengurangan dari keseluruhan taraf stimulasi.
Jumlah dan Ragam Motif-motif Manusia yang dapat Dibeda-bedakan
Tidak adanya hubungan-hubungan yang sederhana antara motif-motif manusia dengan dorongan-dorongan yang primer tampak dari kenyataan bahwa manusia mempunyai kemampuan yang besar untuk belajar dan untuk memperoleh motif-motif. Hal ini memberikan tingkah laku manusia suatu derajat eksibilitas yang tidak terdapat pada organisme-organisme lain. Yang lebih penting adalah manusia telah belajar melalui interaksi dengan sesamanya bagaimana mencapai tujuan-tujuan melalui usaha-usaha kolektif, yang tidak mungkin tercapai oleh individu-individu yang bekerja sendiri. Beberapa jenis hewan mempunyai kelompok primer dimana telah terbentuk motif-motif ingin berhubungan dengan yang lain dengan car-cara yang dibenarkan dan tingkah laku kerja sama kearah tujuan kelompok sungguh-sungguh terjadi. Kemampuan manusiawi yang membedakan kita, termasuk penggunaan bahasa, memungkinkan orang-orang menempatkan diri dalam kedudukan orang-orang lain.

MOTIVASI YAN MAJEMUK DAN ORGANISASI PROSES-PROSES PSIKOLOGIS
            Semua pengaturan-pengaturan yang kompleks dari manusia dalam bidang sosial, termasuk cara-cara berinteraksi dengan orang lain memerlukan organisasi taraf sangat tinggi dari tingkah lakunya.
Organisasi Kognisi
Perlengkapan fisiologos manusia yang paling membedakannya adalah justru pikiran suatu alat yang tidak ada bandingnya untuk mengolah dan menyimpan informasi dalam jumlah-jumlah yang besar. Dalam pengambilan keputusan baru, harus dimulai dengan mengadakan penyaringan dari kepingan-kepingan informasi yang sangat bervariasi, yang telah disimpan sejak masa lalu, untuk menemukan sesuatu yang relevan bagi situasi baru yang dihadapi, maka ini akan melumpuhkan keinginan dalam memberikan respon-respon. Dan semakin besar simpanan informasi, semakin hal itu akan menggugurkan keinginan.
Prinsip-prinsip penting dari organisasi kognisi. Informasi yang kita simpan adalah tentang ciri-ciri objek, keadaan dan peristiwa dan tentang hubungan-hubungan antara hal-hal tersebut. Prinsip-prinsip utama organisir kognitif semua mengenai apa yang kita dapat disebut “ketergolongan objek”, atau kecenderungan untuk menganggap objek-objek tertentu sebagai satu golongan. Banyak cara organisasi kognitif dari informasi yang tersimpan, menulis pada kartu-kartu sehingga informasi dengan cepat dapat dipindah-pindahkan kedalam kategori-kategori yang ada maknanya dalam hubungan dengan tujuannya.
GENERALISASI OBJEK. Cara ketergolongan objek yang sangat umum dan sangat dipentingkan adalah generalisasi objek. Hal-hal yang penting adalah bahwa beberapa objek yang umum membawahi sejumlah elemen yang lebih kecil dan objek ini sendiri dapat digolongkan sebagai elemen-elemen dalam kategori yang lebih luas. Sulit untuk melepaskan kemampuan manusia yang unik untuk membentuk pengertian-pengertian dari kemampuan yang telah menimbulkan kesan yang mendalam pada semua orang yang mempelajari manusia, yaitu untuk membentuk dan memanipulir simbol-simbol. Simbol-simbol abstrakyang merupakan bahasa manusia menyediakan alat-alat yang halus tidak hanya untuk komunikasi yang kompleks, tetapi juga untuk proses-proses penggolongan yang memungkinkan pemikiran-pemikiran yang kompleks.
KAUSALITAS. Suatu cara kedua ketergolongan objek yang umum penting bagi kita menyangkut gagasan tentang kausalitas. Kausalitas merupakan satu konsep kognitif yang sangat umum dan suatu ukuran penilaian yang menjadi sentrum bagi konteks ini, kemungkinan bahwa suatu keadaan akan menimbulkan keadaan yang lain.
Pemecahan Persoalan Vs Berpikir Autistis. Dapat dibeda-bedakan dua tipe proses berpikir menurut perannya dalam pemetaan alat, tujuan dari informasi baru yang berasal dari lingkungan disatu pihak dan keadaan motif di lain pihak, mempersepsikan hasil yang besar kemungkinan akan diperoleh dan mengulang langkah-langkah berikut dengan cara yang hampir sama sampai telah tercapai pemecahan dari setiap aspek dari persoalan, tetapi urutan pikiran-perbuatan menyangkut pengecekan realitas secara konstan.
Dikutub ekstrim yang berlawanan terdapat pikiran yang demikian dikuasai oleh keadaan-keadaan motif, sehingga batas-batas kenyataan yang normal, pengharapan-pengharapan wajar yang bertumbuh melalui pengalaman, tidak diacuhkan. Cara berpikir seperti ini yang dikenal dengan nama melamun atau khayal (autistis).
Organisasi dan Persepsi.
Cara-cara individu memperlakukan informas yang masuk, secara tradisionil dipelajari sebagai “persepsi”. Persepsi menunjuk secara harfiah, kepada organisasi pemasukan penginderaan pada si individu. Artinya kepada apa yang dilakukan, secara psikologis dengan adanya rangsang-rangsang yang secara tidak henti mengenai alat-alat inderanya.
Penguraian Kode. Aspek kedua dari proses perseptuil dapat dinamakan penguraian kode, ini menunjukkan kepada usaha untuk menempatkan informasi yang masuk sesuai dengan simpanan informasi masa lalu seseorang. Dengan begitu memberikan makna kepada informasi tersebut. Dapat dilihar bahwa seleksi perseptuil dan penguraian kode bukan fenomin-fenomin yang sepenuhnya terlepas satu sama lain.
Perbedaan individuil dan sitasionil yang penting timbul dalam proses penguraian kode itu. Kemungkinan bahwa perbedaan seperti itu akan timbul pada satu saat tertentu  tergantung ciri-ciri informasi atau ciri-ciriorang yang menerima.
Organisasi dan Soal Belajar
Dalam membicarakan dorongan-dorongan dan proses belajar telah dilukiskan bagaimana pemuasan dari keadaan dorongan menyebabkan individu belajar tujuan-tujuan di masa depan, bila keadaan dorongan harus dipuaskan lagi. Karena beberapa alasan, bukan dianggap berhasil menyimpan informasi hanya untuk tujuan-tujuan yang telah memperoleh nilai hadiah secara langsung melalui pemuasan dari suatu keadaan dorongan yang sederhana.
Sebagaimana organisasi tingkah laku bermotivasi tergantung dari proses belajar,demikian pula halnya dengan organisasi jangka panjang. Banyak dari objek-objek yang dikenal dan dengan objek-objek (peristiwa), keadaan, dan hubungan antara objek-objek cenderung berupa objek-objek yang bervalensi. Artinya objek-objek yang disertai oleh asosiasi-asosiasi yang positif dan negatif. Valensi-valensi merupakan hal-hal yang sentral untuk memahami organisasi jangka panjang dam konsistensi pada tingkah laku individu. Kognisi-kognisi yang tersimpan dan mempunyai sedikit asosiasi-asosiasi positif atau negatif akan dinamakn sikap-sikap.

SIKAP-SIKAP
Dilihat dari sudut kognisi, sikap merupakan satu organisasi dan kognisi-kognisi yang mempunyai valensi. Dari sudut motivasi sikap merupakan suatu keaaan kesediaan untuk bangkitnya motif. Dapat disusun definisi-definisi tentang sikap yang bermakna dari sudut kognisi maupun dari sudut motivasi, merupakan merupakan suatu pencerminan sederhana dari kedudukan sikap-sikap pada titik silang yang menentukan antara proses kognitif sepertipemikiran dan ingatan atau dengan proses-proses motivasi yang menyangkut emosi dan dorongan.
Sikap-sikap dan Motif-motif
Sikap dalam beberapa hal menyerupai motif, namun perbedaan-perbedaan besar tetap ada. Perbedaan utama berkenaan dengan jangka waktu yang berlangsung. Kekuatan sudut motif tergantung dari keadaan dorongan. Suatu sikap tidak ditandai dengan keadaan dorongan tetapi hanya menunjuk pada kemungkinan bahwa suatu macam motif tertentu dapat dibangkitkan.
Pembentukan Sikap-sikap
Sikap-sikap berasal dari motif-motif tertentu atau suatu keadaan telah diasosiasikandengan kepuasan suatu motif, maka corak tingkah laku yang telah menghasilkan kepuasan akan terarah kepada objek atau peristiwa tertentu, sekalipun dorongan yang semula berhubungan dengan motif tersebut tidak ada.
Fungsi-fungsi guna kepentingan motif-motif:
·         Fungsi penyesuaian
·         Fungsi pertahanan ego
·         Fungsi menyatakan nilai
·         Fungsi pengetahuan
Semua fungsi tersebut berkenaan dengan aspek-aspek adaptasi individu terhadap lingkungan.
Nilai Sebagai Sikap-sikap yang Inklusif
 psikolog menggunakan istilah nilai berkenaan dengan objek-objek umum dari sikap-sikap yang inklusif. Bagi banyak orang pemikiran dan filsafat hidup terorganisir sekitar nilai-nilai yang semakin lama semakin inklusif.
Sikap-sikap Individu-individu
Interaksi manusia dipengaruhi oleh ciri aktivitas psikologis individu. Ciri-ciri ini apapun sifatnya memberi bentuk dan membatasi sumbangan individu terhadap proses interaksi itu.