Bila kita menamakan seseorang sebagai “sangat
terorganisir” kita memberikan ulasan tentang kenyataan, bahwa sebagian besar
dari hal-hal yang dilakukan orang sesungguhnya ikut menyumbang kearah suatu
tujuan atau tujuan-tujuan utama.
Motivasi sebagai orientasi tujuan
Sifat tingkah laku bermotivasi akan lebih memudahkan
menggunakan istilah “tingkah laku bermotivasi” bila secara kolektif yang
dimaksud segala macam bentuk tingkah laku seseorang dalam usanya untuk mencapai
suatu tujuan. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa tingkah laku bermotivasi
mencakup segala sesuatu yang dilihat, diperbuat, dirasakan dan dipikirkan
dengan cara yang sedikit banyak berintegrasi dalam mengejar suatu tujuan
tertentu.
Akan digunakan istilah “motif” berkenaan dengan
keadaan organisme dimana energi jasmani diarahkan secara selektif terhadap
keadaan-keadaan berada dilingkungan luar, yang dinamakan tujuan-tujuan. Suatu
organisme hanya dikatakan bermotivasi bila tidak hanya ditandai oleh keadaan
mobilisasi energi tetapi juga oleh pengarah tingkah laku kepada salah satu
tujuan yang terpilih diatas semua tujuan-tujuan lain yang mungkin. Dengan
demikian, maka “motif” merupakan suatu pengertian yang menghubungkan suatu
keadaan mobilisasi energi dengan suatu tujuan.
MEMPEROLEH
MOTIF-MOTIF
Salah satu perbedaan utama antara tingkah laku bayi
yang baru lahir dengan tingksh lsku orang dewasa adalah bahwa tingkah laku
lambat laun menunjukkan organisasi dari taraf yang semakin tinggi.
Dorongan-dorongan dan Proses Belajar
Dorongan-dorongan sebagai sumber-sumber energi.
“Keadaan-keadaan energi” harus diidentifikasikan sehinggan dapat dimengerti
bagaimana motif itu menjadi berkait dengan tujuan-tujuan. Akan digunakan
istilah “dorongan” berkenaan dengan keadaan jasmani yang membangkitkan
kecenderungan untuk aktivitas umum. Keadaan ini sering dialami sebagai perasaan
ketegangan atau kegelisahan.
“Teori belajar
peradaan ketegangan” menyatakan bahwa orang-orang justru belajar
aktivitas-aktivitas yang segera diikuti oleh meredanya ketegangan. Karena sifat
instrumental dari perbuatan-perbuatan yang meredakan dorongan tersebut, maka
hal belajar semacam ini terkenal sebagai “belajar instrumental” atau “conditioning
intrumental”. Pendek kata, suatu dorongan adalah suatu desakan dari dalam yang
tidak dipelajari, suatu desakan yang tidak mempunyai arah khusus.dasar suatu
motif adalah dorongan ini, sehingga desakan mrupakan desakan khusus kearah
salah satu aktivitas yang telah memuaskan dorongan di masa lalu.
BELAJAR TANPA PEREDARAN DORONGAN. Prinsip peredaan
dorongan terkadang tidak begitu berarti dalam situasi belajar. Kita cenderung
untuk belajar respons-respons yang menghasilkan taraf jumlah stimulasi yang
layak atau yang optimal. Tetapi bila seseorang telah memuaskan semua dorongan,
taraf stimulasi seluruhnya berada dibawah taraf optimal dan mencoba
meningkatkannya dengan secara aktif mencari hubungan-hubungan dengan
lingkungan. Dalam keadaan ini, seseorang belajar hal-hal yang disertai oleh
pengurangan dari keseluruhan taraf stimulasi dan tidak disertai oleh
pengurangan dari keseluruhan taraf stimulasi.
Jumlah dan Ragam Motif-motif Manusia yang dapat
Dibeda-bedakan
Tidak adanya hubungan-hubungan yang sederhana antara
motif-motif manusia dengan dorongan-dorongan yang primer tampak dari kenyataan
bahwa manusia mempunyai kemampuan yang besar untuk belajar dan untuk memperoleh
motif-motif. Hal ini memberikan tingkah laku manusia suatu derajat eksibilitas
yang tidak terdapat pada organisme-organisme lain. Yang lebih penting adalah
manusia telah belajar melalui interaksi dengan sesamanya bagaimana mencapai
tujuan-tujuan melalui usaha-usaha kolektif, yang tidak mungkin tercapai oleh
individu-individu yang bekerja sendiri. Beberapa jenis hewan mempunyai kelompok
primer dimana telah terbentuk motif-motif ingin berhubungan dengan yang lain
dengan car-cara yang dibenarkan dan tingkah laku kerja sama kearah tujuan
kelompok sungguh-sungguh terjadi. Kemampuan manusiawi yang membedakan kita,
termasuk penggunaan bahasa, memungkinkan orang-orang menempatkan diri dalam
kedudukan orang-orang lain.
MOTIVASI YAN MAJEMUK DAN ORGANISASI PROSES-PROSES
PSIKOLOGIS
Semua
pengaturan-pengaturan yang kompleks dari manusia dalam bidang sosial, termasuk
cara-cara berinteraksi dengan orang lain memerlukan organisasi taraf sangat
tinggi dari tingkah lakunya.
Organisasi Kognisi
Perlengkapan fisiologos manusia yang paling
membedakannya adalah justru pikiran suatu alat yang tidak ada bandingnya untuk
mengolah dan menyimpan informasi dalam jumlah-jumlah yang besar. Dalam
pengambilan keputusan baru, harus dimulai dengan mengadakan penyaringan dari
kepingan-kepingan informasi yang sangat bervariasi, yang telah disimpan sejak
masa lalu, untuk menemukan sesuatu yang relevan bagi situasi baru yang
dihadapi, maka ini akan melumpuhkan keinginan dalam memberikan respon-respon.
Dan semakin besar simpanan informasi, semakin hal itu akan menggugurkan
keinginan.
Prinsip-prinsip penting dari
organisasi kognisi. Informasi yang kita simpan adalah tentang ciri-ciri
objek, keadaan dan peristiwa dan tentang hubungan-hubungan antara hal-hal
tersebut. Prinsip-prinsip utama organisir kognitif semua mengenai apa yang kita
dapat disebut “ketergolongan objek”, atau kecenderungan untuk menganggap
objek-objek tertentu sebagai satu golongan. Banyak cara organisasi kognitif
dari informasi yang tersimpan, menulis pada kartu-kartu sehingga informasi
dengan cepat dapat dipindah-pindahkan kedalam kategori-kategori yang ada
maknanya dalam hubungan dengan tujuannya.
GENERALISASI OBJEK. Cara ketergolongan objek yang
sangat umum dan sangat dipentingkan adalah generalisasi objek. Hal-hal yang
penting adalah bahwa beberapa objek yang umum membawahi sejumlah elemen yang
lebih kecil dan objek ini sendiri dapat digolongkan sebagai elemen-elemen dalam
kategori yang lebih luas. Sulit untuk melepaskan kemampuan manusia yang unik
untuk membentuk pengertian-pengertian dari kemampuan yang telah menimbulkan
kesan yang mendalam pada semua orang yang mempelajari manusia, yaitu untuk
membentuk dan memanipulir simbol-simbol. Simbol-simbol abstrakyang merupakan
bahasa manusia menyediakan alat-alat yang halus tidak hanya untuk komunikasi
yang kompleks, tetapi juga untuk proses-proses penggolongan yang memungkinkan
pemikiran-pemikiran yang kompleks.
KAUSALITAS. Suatu cara
kedua ketergolongan objek yang umum penting bagi kita menyangkut gagasan
tentang kausalitas. Kausalitas merupakan satu konsep kognitif yang sangat umum
dan suatu ukuran penilaian yang menjadi sentrum bagi konteks ini, kemungkinan
bahwa suatu keadaan akan menimbulkan keadaan yang lain.
Pemecahan Persoalan Vs
Berpikir Autistis. Dapat dibeda-bedakan dua tipe proses berpikir menurut
perannya dalam pemetaan alat, tujuan dari informasi baru yang berasal dari
lingkungan disatu pihak dan keadaan motif di lain pihak, mempersepsikan hasil
yang besar kemungkinan akan diperoleh dan mengulang langkah-langkah berikut
dengan cara yang hampir sama sampai telah tercapai pemecahan dari setiap aspek
dari persoalan, tetapi urutan pikiran-perbuatan menyangkut pengecekan realitas
secara konstan.
Dikutub ekstrim yang berlawanan terdapat pikiran yang
demikian dikuasai oleh keadaan-keadaan motif, sehingga batas-batas kenyataan
yang normal, pengharapan-pengharapan wajar yang bertumbuh melalui pengalaman,
tidak diacuhkan. Cara berpikir seperti ini yang dikenal dengan nama melamun
atau khayal (autistis).
Organisasi
dan Persepsi.
Cara-cara individu memperlakukan informas yang masuk,
secara tradisionil dipelajari sebagai “persepsi”. Persepsi menunjuk secara
harfiah, kepada organisasi pemasukan penginderaan pada si individu. Artinya
kepada apa yang dilakukan, secara psikologis dengan adanya rangsang-rangsang
yang secara tidak henti mengenai alat-alat inderanya.
Penguraian
Kode. Aspek kedua dari proses perseptuil dapat dinamakan penguraian kode, ini
menunjukkan kepada usaha untuk menempatkan informasi yang masuk sesuai dengan
simpanan informasi masa lalu seseorang. Dengan begitu memberikan makna kepada
informasi tersebut. Dapat dilihar bahwa seleksi perseptuil dan penguraian kode bukan
fenomin-fenomin yang sepenuhnya terlepas satu sama lain.
Perbedaan
individuil dan sitasionil yang penting timbul dalam proses penguraian kode itu.
Kemungkinan bahwa perbedaan seperti itu akan timbul pada satu saat
tertentu tergantung ciri-ciri informasi atau ciri-ciriorang yang
menerima.
Organisasi
dan Soal Belajar
Dalam
membicarakan dorongan-dorongan dan proses belajar telah dilukiskan bagaimana
pemuasan dari keadaan dorongan menyebabkan individu belajar tujuan-tujuan di
masa depan, bila keadaan dorongan harus dipuaskan lagi. Karena beberapa alasan,
bukan dianggap berhasil menyimpan informasi hanya untuk tujuan-tujuan yang
telah memperoleh nilai hadiah secara langsung melalui pemuasan dari suatu
keadaan dorongan yang sederhana.
Sebagaimana
organisasi tingkah laku bermotivasi tergantung dari proses belajar,demikian
pula halnya dengan organisasi jangka panjang. Banyak dari objek-objek yang
dikenal dan dengan objek-objek (peristiwa), keadaan, dan hubungan antara
objek-objek cenderung berupa objek-objek yang bervalensi. Artinya objek-objek
yang disertai oleh asosiasi-asosiasi yang positif dan negatif. Valensi-valensi
merupakan hal-hal yang sentral untuk memahami organisasi jangka panjang dam
konsistensi pada tingkah laku individu. Kognisi-kognisi yang tersimpan dan
mempunyai sedikit asosiasi-asosiasi positif atau negatif akan dinamakn
sikap-sikap.
SIKAP-SIKAP
Dilihat dari
sudut kognisi, sikap merupakan satu organisasi dan kognisi-kognisi yang
mempunyai valensi. Dari sudut motivasi sikap merupakan suatu keaaan kesediaan
untuk bangkitnya motif. Dapat disusun definisi-definisi tentang sikap yang
bermakna dari sudut kognisi maupun dari sudut motivasi, merupakan merupakan
suatu pencerminan sederhana dari kedudukan sikap-sikap pada titik silang yang
menentukan antara proses kognitif sepertipemikiran dan ingatan atau dengan
proses-proses motivasi yang menyangkut emosi dan dorongan.
Sikap-sikap
dan Motif-motif
Sikap dalam
beberapa hal menyerupai motif, namun perbedaan-perbedaan besar tetap ada.
Perbedaan utama berkenaan dengan jangka waktu yang berlangsung. Kekuatan sudut
motif tergantung dari keadaan dorongan. Suatu sikap tidak ditandai dengan
keadaan dorongan tetapi hanya menunjuk pada kemungkinan bahwa suatu macam motif
tertentu dapat dibangkitkan.
Pembentukan Sikap-sikap
Sikap-sikap
berasal dari motif-motif tertentu atau suatu keadaan telah diasosiasikandengan
kepuasan suatu motif, maka corak tingkah laku yang telah menghasilkan kepuasan
akan terarah kepada objek atau peristiwa tertentu, sekalipun dorongan yang
semula berhubungan dengan motif tersebut tidak ada.
Fungsi-fungsi
guna kepentingan motif-motif:
·
Fungsi penyesuaian
·
Fungsi pertahanan ego
·
Fungsi menyatakan nilai
·
Fungsi pengetahuan
Semua fungsi
tersebut berkenaan dengan aspek-aspek adaptasi individu terhadap lingkungan.
Nilai
Sebagai Sikap-sikap yang Inklusif
psikolog
menggunakan istilah nilai berkenaan dengan objek-objek umum dari sikap-sikap
yang inklusif. Bagi banyak orang pemikiran dan filsafat hidup terorganisir
sekitar nilai-nilai yang semakin lama semakin inklusif.
Sikap-sikap
Individu-individu
Interaksi
manusia dipengaruhi oleh ciri aktivitas psikologis individu. Ciri-ciri ini
apapun sifatnya memberi bentuk dan membatasi sumbangan individu terhadap proses
interaksi itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar